Bhagawan Wiswakarma
Dewa para Undagi (Arsitek)
Rumah,
istana, mandir (pura), kereta, hingga berbagai jenis senjata dari yang
kecil hingga yang kelas kaliber, baik yang terbuat dari bahan kayu,
ataupun besi dan sebagainya, dan dikerjakan oleh para ahli di bidangnya
masing-masing. Keseluruhan itu. Dikuasai dan dijiwai oleh kekuatan agung
nan suci yang datang dari salah satu Dewa pujaan Hindu bernama Sang
Hyang Wiswakarma.
Oleh para undagi, sangging dan juga para pinandita atau pamangku di tanah Bali,
sewaktu usai mengerjakan bangunan dan berbagai hal yang memerlukan
sebuah disain dan kontruksi, selalu memuja dan mengayat kebesaran dari
Ida Sang Hyang Wiswakarma. Beliau lebih dikenal dengan nama Bhagawan
Wiswakarma di tanah Bali.
Sang
Hyang Wiswakarma sebenarnya adalah salah satu dari sekian banyak Dewa
di kahyangan dan tetap sebagai Dewa yang secara organisasi masih berada
pada naungan raja dari para dewa yakni Dewa Indra. Mengenai personal dan
pribadi beliau, Sang Hyang Wiswakarma sangat mirip dengan Dewa Brahma
sang ayahanda dari alam ini.
Sang
Hyang Wiswakarma memiliki janggut putih yang sangat tebal, dengan
guratan putih sebanyak tiga lapis yang berada dan menghiasi dahinya yang
agung. Dalam tradisi di tanah India,
beliau dipuja dalam sebuah mandir atau pura lengkap dengan
singgasananya yang ditemani oleh seekor angsa putih. Kalungan bunga
menghiasi badannya dan Sang Hyang Wiswakarma memiliki empat lengan.
Masing-masing
lengannya memegang pustaka, tongkat, dan juga tali yang melengkung.
Sedangkan tangan satunya kadang terlihat diam di paha dan terkadang
berada pada posisi dan sikap memberkati para pemujanya.
Dalam
kitab-kitab Purana, Sang Hyang Wiswakarma memiliki seorang putri yang
bernama Samjna. Dewi Samjna inilah yang kemudian menikah lalu menjadi
Sakti dari Sang Hyang Surya. Dari pernikahan mereka ( Dewa Surya dengan
Dewi Samjna), mereka memiliki putra dan putri bernama Yama dan Yamuna.
Sedangkan di dalam kitab Ramayana, Sang Hyang Wiswakarma dikatakan
memiliki putra yang bernama Nala dan Nila.
Dua Wanara
inilah yang menjadi perwira pada pasukan Wanara milik raja kera Sugriwa
di bawah komando Sri Rama. Seperti ayah mereka Sang Hyang Wiswakarma,
Nala dan juga Nila memiliki bakat menjadi sang arsitek terkemuka.
Jembatan Situbanda yang memotong samudra Hindia berdiri dengan kokohnya
menjadi penghubung tanah Bharatawarsa dengan Lankapura. Jembatan
monumental itulah hasil dari rancangan dari arsitek Nala dan Nila, putra
sang arsitek para dewa yakni Sang Hyang Wiswakarma.
Sebagai
arsiteknya para Dewa, Sang Hyang Wiswakarma banyak sekali menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh para Dewa. Begitu pula, beliau juga
banyak sekali mendisain dan menciptakan senjata-senjata illahi yang
canggih dan mutakhir, juga berbagai kereta suci dan kendaraan surgawi
bagi para Dewa dan mahluk surga.
Wimana
yang merupakan kendaraan illahi itu juga, merupakan hasil dari
rancangan hebat Sang Hyang Wiswakarma. Senjata Trisula milik Sang Hyang
Siwa. Dibuat Sang Hyang Wiswakarma dari beberapa sakti dan kekuatan yang
terpancar dari sinar Bhatara Surya. Begitu pula dengan dua panah sakti
yang sangat termasyur itu, yang diberikan pada Sang Hyang Mahadewa dan
yang satunya lagi diberikan kepada Sang Hyang Wishnu.
Panah
Sang Hyang Mahadewa, yang kemudian diberikan kepada leluhur Raja Janaka
dari kerajaan Mitila, tetap di puja oleh sang raja. Sedangkan untuk
panah yang semula diberikan kepada Sang Hyang Wishnu, berpindah tangan
ke pada Rsi Agung Parasurama.
Pada
waktu sayembara yang dilangsungkan di Mitila oleh raja Janaka. Panah
Mahadewa buatan Sang Hyang Wiswakarma itu hanya bisa diangkat dan
dipatahkan oleh Narayana sendiri yang menjelma menjadi Sri Rama. Dan
panah Wishnawa yang tadinya berada ditangan Resi Parasurama, akhirnya
juga menjadi milik Sri Rama.
Dalam
kitab Siwa Purana, Dewa Siwa yang hendak menghancurkan kejayaan tiga
Raksasa putra Dari Tarakasura yang bernama Tarkasa, Kamalaksa, dan juga
Widyunmali, memerlukan sebuah panah yang canggih. Di sanalah Sang Hyang
Wiswakarma mendisain panah Pasupata untuk digunakan menghancurkan tiga
raksasa tadi.
Bukan
itu saja, Sang Hyang Wiswakarma juga mendisain dan membuat sendiri
kereta perang milik Sang Hyang Siwa. Kereta perang itu memiliki empat
ekor kuda putih sebagai penariknya, dan berlambangkan panji gunung
Kailasa. Dewa Brahma sendirilah yang menjadi sais
kereta perang miliki Sang Hyang Siwa yang diciptakan oleh Sang Hyang
Wiswakarma. Dengan senjata dan kereta perang itulah Siwa maju dalam
perang dan menghancurkan Tarkasa, Kamalaksa dan juga Widyunmali.
Bahkan seluruh keindahan kota
Amarawati yang terdapat di Kahyangan Indra adalah hasil dari disain dan
kerja dari Sang Hyang Wiswakarma. Juga pada waktu raja para dewa, yakni
Sang Hyang Indra bertempur mengalahkan raksasa bernama Wrtra, beliau
menggunakan Wajra yang juga merupakan hasil rancangan dan ciptaan Sang
Hyang Wiswakarma.
Di
tanah Bali, salah satu babad mengatakan bahwa sewaktu terjadi
perjanjian antara Ida Dang Hyang Siddhi Mantra dengan Sang Naga Basuki,
mengenai kehidupan Manik Angkeran, dan juga hilangnya Mahkota Sang Naga,
Sang Hyang Wiswakarma jugalah yang ikut ambil bagian menyelesaikan
masalah itu.
Mahkota
Naga Basuki yang termasyur tersebut, merupakan hasil dari rancangan dan
buatan dari Sang Hyang Wiswakarma. Ialah arsiteknya para Dewata, insan
agung yang memiliki daya cipta kuat dan sakti mengenai segala macam
arsitektur yang ada, baik kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Ada sebuah doa pujaan yang khusus diperuntukan bagi Sang Hyang Wiswakarma, doa itu ialah :
Jaya sri Wiswakarma prabhu yaja sri Wiswakarma
Sakala srsti ke karta raksaka stuti dharma
Adi srsti main widhi ko sruti upadesa diya
Jiwa matra ka jaga main, jnana wikasa kiya
Rsi angira tapa se santi nahin pai
Dhyana kiyo jaba prabhu ka sakala siddhi pai
Roga grasta rajane, jaba asrayalina,
Sankata mocan bana kara, dura duhkha kina
Jaya.
Di atas adalah puja yang ditujukan kehadapan sang arsitek para Dewata yakni Sang Hyang Wiswakarma. Bagi para undagi dan juga sangging, memuja beliau adalah perlu, sebab beliaulah yang menguasai segala jenis arsitektur